Merdeka Belajar Dihari Guru

Tanda pagar atau tagar #merdekabelajar dan #gurupenggerak dalam naskah pidato resmi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia merupakan sesuatu yang berbeda dan tak biasa dalam sebuah perhelatan resmi negara.

Kian berbeda manakala membaca narasi yang juga tak biasa dituliskan oleh sebuah lembaga pemerintah yang selama ini hanyan menggunakan bahasa standar dan normatif. Namun setiap paragrap naskah yang ditujukan husus dalam peringatan Hari Guru pada 25 November 2019, mengirim pesan mendalam untuk setiap orang yang membacanya. Membaca isi pidato tersebut, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat, H. Rusman, SH, MH langsung memberi komentar, “Sangat sepakat dg pidato itu”
Menurut Rusman, sebagai Menteri yang berusia muda, Nadim Makarim seolah memahami kegelisahan guru. Ia langsung masuk ke dalam jantung hati para guru dengan sejumlah narasi yang menyentuh perasaan namun substantif dalam pelaksanaan yang mudah dikerjakan. “Ini pidato pertama yang sangat berbeda namun substantid dari seorang Menteri,” komentar Rusman bersemangat. Nadim yang lahir 4 juli 1984 ini menurut Rusman, seolah menampung perasaan guru yang selama ini hanya mengejar target angka untuk pemangku kepentingan serta menghabiskan waktu menyelesaikan administrasi tanpa manfaat yang jelas, padahal guru ingin membantu murid dalam ketertinggalan.
Pria muda yang meniti karir sebagai konsultan menajamen ini juga menyadari kalau guru ingin sekali mengajak murid belajar di luar kelas, guru ingin memberi inspirasi kepada murid namun harus menghadapi kurikulum yang padat dan tak diberi kesempatan berinovasi. “Bagi saya ini adalah pidato inovatip yang tak biasa dari seorang pejabat negara.” Jelas Rusman. Penerima penghargaan The Strait Times Asian of the Year tahun 2016 dan yang pernah masuk dalam daftar Bloomberg versi 2018 tak hanya tau perasaan dan persoalan yang dihadapi guru, namun sekaligus pidato tersebut memberi semangat dengan melakukan perubahan yang tak sulit dikerjakan yang tak berisi janji kosong.
Rusman juga menjelaskan bahwa isi pidato tersebut juga memberi 4 solusi, pertama agar semua guru untuk membiasakan murid berdiskusi. Kedua, memberi kesempatan murid mengajar depan kelas dan ketiga, melatih kepekaan murid melalui pelibatan semua kelas dalam bakti sosial dan menemukan bakat murid yang kurang percaya diri. Solusi keempat ini membahagiakan guru, yaitu menawarkan bantuan kepada guru yang mengalami kesulitan. “Dan apapun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak.” Kata Rusman mengutip pidato penutup tokoh termuda se-Asia yang menerima penghargaan Nikkel Asia Prize ke-24 untuk Inovasi Ekonomi dan Bisnis 2019.